Minggu, 16 Oktober 2011

Jet Stream










"Jet Stream"
Aliran Udara Cepat di Atmosfer
Oleh DEDE NURROSYID
 
Keberadaan jet stream kemungkinan diketahui pertama kali pada 1920-an oleh seorang pakar meteorologi Jepang Wasaburo Ooishi. Dari wilayah dekat Pegunungan Fuji, dia menyelidiki jet stream dengan menggunakan balon-balon yang diterbangkan ke atmosfer. Sayangnya, penyelidikan Ooishi itu tidak menarik perhatian orang-orang luar Jepang.

Wiley Post, seorang pilot Amerika dan orang pertama yang berhasil terbang solo mengelilingi dunia pada 1933, sering melaporkan penemuan jet stream. Kemudian pada 1939 seorang pakar meteorologi Jerman H. Seilkopf mengenalkan istilah "jet stream" (strahlströmmung) dan dia mendapat penghargaan sebagai orang pertama yang mengenalkan istilah "jet stream".

Temuan jet stream semakin sering dilaporkan oleh para pilot yang rutin terbang pada jalur antara Inggris dan Amerika ketika Perang Dunia II. Mereka melaporkan angin buritan dengan laju sekitar 100 mil per jam dan berhembus dalam sabuk sempit. Mereka juga mencatat penerbangannya lebih cepat dari Amerika menuju Inggris dibandingkan sebaliknya. Kemudian diketahui bahwa penerbangan yang lebih cepat itu karena terbantu jet stream.

Jet stream merupakan aliran udara yang cepat dan relatif sempit yang sebagian besar ditemukan di tropopause (altitude sekitar 10-15 kilometer), yaitu daerah peralihan antara troposfer (lapisan dengan karakteristik suhu menurun terhadap ketinggian) dan stratosfer (lapisan dengan karakteristik suhu bertambah terhadap ketinggian). Pola gerakan jet stream menyerupai gelombang, berkelok-kelok atau membentuk meander. Jet stream sering pula dianalogikan sebagai sebuah "sungai" dengan aliran angin sangat cepat.
 
Lapisan udara dalam atmosfer bumi
 
Jet stream dibentuk oleh perbedaan suhu di lapisan atmosfer lebih atas, antara udara kutub yang dingin dan udara tropis yang panas. Jika dua massa udara yang suhunya berbeda bertemu, perbedaan tekanan yang dihasilkan sangat kuat di sepanjang antar-muka (front) dua massa udara tersebut. Perubahan suhu yang terjadi secara mendadak menyebabkan perbedaan tekanan yang besar, dimana akan memaksa udara untuk bergerak. Angin tidak secara langsung mengalir dari area panas ke area dingin, tetapi dibelokkan oleh efek coriolis dan mengalir di antara batas dua massa udara. Aliran jet stream secara umum bergerak dari barat ke timur.

Kecepatan jet stream bervariasi dan tergantung pada gradien suhu. Perbedaan suhu selama musim dingin lebih besar daripada selama musim panas, sehingga ketika musim dingin menjadi saat bagi jet sream untuk bergerak sangat cepat. Kecepatan tertinggi berada di inti jet stream dengan laju bisa mencapai 300 kilometer per jam. Inti jet stream dikelilingi oleh udara yang bergerak lebih lambat dengan kecepatan rata-rata 130 kilometer per jam ketika musim dingin dan 65 kilometer per jam ketika musim panas.
 
Ilustrasi bagian inti jet stream
(sumber gambar: http://www.srh.noaa.gov/)
 
Ada dua jet stream besar di garis lintang (latitude) kutub, yakni jet stream kutub di bagian utara dan selatan bumi, dan dua jet stream kecil (kadang disebut stream saja) yang mendekati khatulistiwa, yakni stream subtropis di bagian utara dan selatan bumi. Jet stream kutub sebagian besar biasa ditemukan di antara 30 derajat lintang utara dan 70 derajat lintang utara, sedangkan stream subtropis biasa ditemukan di antara 20 derajat lintang utara dan 50 derajat lintang utara.
 
 
Ilustrasi jet stream kutub dan stream subtropis
(sumber gambar: http://www.srh.noaa.gov/)
 
Hingga saat ini lokasi jet stream dipandang penting oleh beberapa pilot ketika menerbangkan pesawatnya di wilayah tertentu. Di Amerika Serikat dan Kanada, misalnya, waktu yang diperlukan untuk penerbangan ke timur melintasi daratan dapat berkurang sekitar 30 menit jika pesawat dapat terbang dengan jet stream, atau bertambah lebih dari itu jika terbang ke arah sebaliknya. Perbedaan yang didapatkan malah lebih besar ketika melakukan penerbangan lintas benua dengan jarak lebih jauh.

Namun, untuk mengendalikan jet stream tidaklah mudah seperti yang dipikirkan, karena jet stream memiliki lebar hanya beberapa ratus mil dan ketebalan hanya beberapa mil. Selain itu, memasuki dan meninggalkan jet stream bisa menjadi suatu masa pergolakan (turbulen) bagi beberapa pesawat.

Selain menarik perhatian pilot pesawat, jet stream juga menjadi fokus perhatian para pakar meteorologi. Saat ini para pakar meteorologi mengetahui bahwa lintasan jet stream memengaruhi jalur/lintasan badai siklonik dan sistem cuaca lain. Bentuk dan posisi gelombang jet stream kutub berperan dalam menentukan lokasi dan intensitas siklon lintang-tengah (mid-latitude cyclones), karena siklon lintang-tengah merupakan badai hasil pertukaran energi secara besar-besaran pada zona pertemuan front udara hangat dari subtropis dan udara dingin dari kutub.

***
Penulis
DEDE NURROSYID
Penulis/editor artikel sains dan teknologi
 
 
Referensi

John M Lewis. 2011. Ooishi's Observation: Viewed in the Context of Jet Stream Discovery. Jet Stream. URL: 
http://ams.allenpress.com/archive/1520-0477/84/3/pdf/i1520-0477-84-3-357.pdf
[Tanggal akses: 26 Agustus 2011]

Physical Geography.net. 2011. Upper Air Winds and the Jet Stream. URL:
http://www.physicalgeography.net/fundamentals/7q.html 
[Tanggal akses: 26 Agustus 2011]

The Physical Environment. 2011. Upper-Tropospheric Patterns of Winds and Pressure. URL: 
http://www.uwsp.edu/geo/faculty/ritter/geog101/textbook/circulation/upper_tropospheric_flow.html
[Tanggal akses: 26 Agustus 2011]

Wikipedia. 2011. Jet Stream. URL:
http://en.wikipedia.org/wiki/Jet_stream
[Tanggal akses: 26 Agustus 2011] 
 





 

Pilihan